Mengintip Curahan Hati Para Pejuang ASI Lewat Tetes Kasih ASI
November 27, 2018
Mengintip Curahan Hati Para Pejuang ASI Lewat Tetes Kasih ASI
Judul Buku: Tetes Kasih Asi
Penulis: Nonz Ati, dkk
Penerbit: BITREAD Publishing, PT Lontar Digital Asia
Editor/ Penyelaras kata: Kartika Susilowati
Desain cover: Tim Bitread
Tebal: 300 halaman
 
Para wanita yang sudah menikah pasti menantikan momen mengandung dan menyusui. Lelahnya melahirkan terbayar lunas saat melihat sang buah hati. Rasa sakit luar biasa hilang digantikan dengan kebahagiaan tiada tara. Setelah itu, tibalah momen terindah kedua yaitu menyusui. Banyak yang bilang masa menyusui adalah waktu tepat membangun kedekatan antara ibu dan anak.
 
Buku ini menyentil para ibu muda yang malas memberi ASI, padahal tidak ada kendala sama sekali. Lihat! Di luar sana banyak ibu yang mati-matian ingin memberikan ASI untuk anaknya, tapi terkendala dengan problem masing-masing.
 
Banyak kisah yang dikupas dalam buku ini lengkap dengan solusinya. Tetes Kasih ASI sangat tepat dijadikan penghalau kegalauan sewaktu menyusui.
 
Kisah inspiratif tentang rasa sakit saat pertama menyusui; ibu yang diharuskan menyapih anaknya karena hamil di saat yang tidak tepat; bagaimana stresnya menghadapi komentar kurang enak dari orang-orang sekitar, terutama keluarga; seorang ibu yang harus tandem menyusui, namun akhirnya menyerah saat kondisi tubuh tidak lagi sejalan dengan apa yang diinginkan; hingga anggapan keliru jika menyusui termasuk KB, yang berakhir dengan jarak kehamilan sangat dekat.
 
Selain itu ada pula yang berpendapat bahwa wanita yang memutuskan tidak menyusui sampai usia bayi menginjak empat bulan adalah pemalas. Padahal kenyataannya banyak faktor yang memengaruhi keputusan seorang ibu menghentikan proses menyusui. Salah satunya, hormon yang membuat ASI tidak bisa keluar lagi setelah beberapa bulan menyusui.
 
Ada juga perjuangan ibu yang sangat tabah, saat mendapati anak mengalami kelainan bawaan seperti celah bibir dan langit-langit, stenosis pilorus, tongue tie dan lip tie, masalah bilirubin pada anak; ibu yang terkena kanker, tapi tetap menyusui di bawah pengawasan dokter; saat wanita karir mempunyai bayi dan berkeinginan untuk tetap menyusui; terpaksa menitipkan buah hati karena umroh; sibuknya membagi waktu untuk mengasuh anak kembar; harus ikhlas saat buah hati diambil oleh Yang Maha Kuasa; hingga galau antara ASI atau sufor.
 
Apapun keputusannya, setiap orang pasti punya pandangan sendiri. Hal terpenting adalah dukungan keluarga serta orang-orang sekitar ditambah doa tiada henti.
 
Khusus untuk bab Tak Perlu Berbangga, Tak Harus Kecewa; Kualat; Semangat Bersama Dua Bayi, dan It is Your Mindset!, ada nyawa dalam ceritanya yang bisa mengaduk-aduk emosi pembaca.
 
Meski begitu, terdapat beberapa hal yang perlu dibenahi. Contohnya pada bab Haruskah Kusapih? Bab ini tidak sesuai dengan kenyataan (dikatakan bahwa ASI akan berhenti sendiri padahal anak sedang aktif menyusu). Pada Bab Menyusui Bayi dengan Stenosis Pilarus, ada kekeliruan pada kata “Pilarus” harusnya “Stenosis Pilorus”. Pada Bab Menyiapkan ASI Perah saat Pergi Berhaji, terkesan seperti artikel.
 
Tapi apapun itu, buku ini sangat bagus untuk dimiliki, khususnya bagi semua ibu. Sebagai penyemangat saat komentar pedas dari orang-orang sekitar mulai menoreh hati.

Leave a review