Lompatan Bitread bersama UWRF 2017
November 7, 2017
Lompatan Bitread bersama UWRF 2017
Tahun ini Bitread kembali ambil bagian dalam salah satu gelaran festival literasi paling bergengsi, Ubud Writers & Readers Festival. Terasa lebih istimewa karena kali ini Bitread tak semata menjadi sponsor bagi penerbitan antologi resmi UWRF. Pada UWRF 2017 ini, Bitread terlibat lebih jauh dalam kegiatan tersebut, termasuk menjadi speaker dan pengisi acara. Kegiatan Satellite Event UWRF 2017 yang dilaksanakan pada 1 November di kampus Universitas Padjajaran dan Bober Café di Bandung pun dikelola oleh Bitread. Kesempatan ini merupakan sebuah langkah penting bagi Bitread, mengokohkan komitmen Bitread untuk senantiasa bergerak memajukan literasi Indonesia.

UWRF mengangkat “Origins” sebagai tema besar tahun ini. Tema Origins atau “asal-muasal” menjadi pijakan bagi seluruh rangkaian festival tersebut. Melalui origins, kita kembali disadarkan bahwa segala hal tak terlepas dari asal-muasal sebagai akar dan awal penciptaan. Obrolan pada setiap mata acara pun terinspirasi dari tema tersebut. Pada UWRF edisi ini, sosok-sosok kondang tak ketinggalan menghiasi deretan nama pengisi acara; Seno Gumira Ajidarma, Joko Pinurbo, Djenar Maesa Ayu, Trinity, hingga novelis legendaris, N.H. Dini. Nama terakhir dianugerahi penghargaan lifetime award oleh UWRF sebagai novelis wanita yang mampu melakukan terobosan pemikiran melalui karya-karyanya. Di samping para penulis dan pegiat seni Indonesia, para penulis dan seniman mancanegara juga turut membagi wawasannya dalam perhelatan ini. Pierre “minion” Coffin, Ian Rankin, Tim Flannery, Jung Chang, Simon Winchester, Hector Abad, Dry Jane dan penyair Simon Armitage merupakan nama-nama yang memberikan gambaran kemeriahan acara tersebut. Tak salah jika Ubud Writers and Readers Festival disebut sebagai pesta sastra dan apresiasi seni terbesar sedunia.

UWRF 2017 menyajikan lebih dari 200 mata acara selama rentang waktu lima hari penyelenggaraannya. Dibuka dengan malam gala opening pada 24 Oktober, acara demi acara secara pararel dari tanggal 25-29 Oktober diselenggarakan di sejumlah venue ikonik di Ubud, sebut saja Puri Ubud, Neka Museum, Warwick Ibah, Blanco Renaissance Museum, Taman Baca, Sri Ratih Cottage, dan kafe-kafe yang tersebar di pelosok Ubud: Indus, Casa Luna, Bar Luna, Betelnut, dan lokasi-lokasi lainnya yang tak kalah eksotis. Acara-acara utama (main event) memiliki magnet yang cukup kuat karena menghadirkan para pembicara ternama, terbukti dari hadirin yang penuh sesak menghadiri acara. Selain main event, UWRF 2017 juga turut dimeriahkan dengan event-event lainnya, di antaranya Workshop, Special Event, Food & Ubud Culture, After Dark, Free Event, hingga Satellite Event. Aksi-aksi kesenian, pameran, dan musik pun menyemarakkan perhelatan ini, Bonita & The Hus Band, Aya & Laras BTMG, hingga Baceprot menularkan semangatnya lewat musik-musik yang segar dan penampilan yang enerjik.

Satu lagi kegiatan yang berkesan ialah peluncuran buku antologi Emerging Writers UWRF 2017. Emerging Writers merupakan program rutin UWRF untuk memberikan ruang bagi para penulis Indonesia agar karya-karyanya dapat diketahui dunia. Setiap pengunjung UWRF yang datang dari berbagai belahan dunia akan mendapatkan buku ini sebagai buah tangan. Artinya, karya-karya tersebut dapat pula dibaca di negara-negara lain. Buku antologi yang dikemas dalam format dwibahasa (Indonesia-Inggris) ini memuat karya-karya penulis Indonesia yang terseleksi dari ratusan naskah ajuan dari seantero negeri. Sejumlah kurator termasuk Seno Gumira Ajidarma menyeleksi karya-karya tersebut. Jumlah naskah ajuan yang masuk mencapai lebih dari 900 naskah. Mulai naskah novel, puisi, esai, prosa, dan skenario drama. Dari sekian ratus naskah tersebut, terseleksi 16 karya yang masuk dalam antologi ini. Terbayanglah betapa ketatnya kurasi yang dilakukan oleh dewan kurator tersebut. Hal ini menegaskan bahwa karya-karya yang termuat dalam antologi Origins - UWRF 2017 Anthology ini, memiliki standar mutu yang amat tinggi. Tahun ini, Bitread kembali dipercaya untuk menerbitkan antologi resmi UWRF. Melanjutkan sukses Bitread setelah berhasil menerbitkan antologi UWRF 2016 berjudul Tat Tvam Asi.

Walaupun Bali saat itu masih diselimuti kekhawatiran ancaman erupsi Gunung Agung, nyatanya animo peserta dan pengisi acara tidaklah surut. Kemeriahan tetap mewarnai gelaran UWRF 2017 ini. Para pembicara dari berbagai negara hadir tanpa rasa ragu, begitu pun hadirin yang rela menempuh perjalanan jauh demi menyaksikan seperti apa wajah dunia yang direpresentasikan melalui seni dan literasi. Itu semua tersaji lewat mata para praktisi, seniman, pemerhati, dan para pakar. Penutupan pun berlangsung semarak di salah satu venue bersejarah di Bali, Blanco Renaissance Museum, menandai berakhirnya pesta literasi Ubud dengan segala pesan dan pesonanya. Bagi mereka para pegiat literasi dan pecinta seni, berkunjung ke UWRF merupakan suatu pengalaman yang amat berharga. Terasa semakin manis manakala kita ikut ambil bagian di dalamnya, seperti halnya yang dilakukan oleh Bitread pada edisi UWRF tahun ini. Sampai jumpa di UWRF 2018! (Luttfi Fatahillah).

Leave a review