Bitread kembali menyemarakkan salah satu
event seni dan sastra terbesar dunia,
Ubud Writers & Readers Festival (UWRF). Pada edisi tahun 2018 ini, Bitread semakin mengokohkan komitmennya untuk menjadi salah satu pemain utama di ranah literasi nusantara. Tak hanya sebagai partner penyelenggara, Bitread bersama brand imprint
Bitread Kids menggelar workshop menulis untuk anak sebagai bagian dari UWRF 2018. Dalam salah satu program
UWRF Children & Youth Workshop, Bitread mengajak generasi penerus, khususnya anak, untuk menulis dan menerbitkan karya mereka secara “kilat”. Dalam workshop menulis bertajuk “Publish in a Flash” tersebut, para peserta diajak untuk menyelami serunya dunia tulis-menulis dan menerbitkan karya secara cepat.
Pada sesi pertama, peserta disuguhi materi mengenai teknik dan motivasi menulis. Pada sesi berikutnya, mereka melakukan praktik menulis untuk menghasilkan sebuah tulisan yang akan dibukukan menjadi sebuah buku antologi. Sesuatu yang membuat workshop ini unik dan beda dengan lainnya ialah karena proses desain cover dan layout dilakukan
segera setelah karya para peserta dikumpulkan. Maka, proses penerbitan pun hanya memakan waktu kurang dari tiga hari. Mulai penyelarasan naskah, layouting, hingga desain cover dan isi. Inilah yang menjadi pembeda sekaligus daya tarik terbesar workshop ini.
Hadirnya Bitread di perhelatan UWRF merupakan yang kali ketiga, setelah sebelumnya pada 2016 dan 2017 Bitread terlibat pula dengan menerbitkan antologi resmi
Emerging Writers UWRF. Hal ini menandai komitmen Bitread untuk ikut serta dalam upaya memajukan literasi bangsa. Melalui event literasi internasional UWRF ini, Bitread berupaya memperkenalkan kepada masyarakat dunia bahwa para penulis Indonesia—utamanya para penulis pegari (emerging writers) Indonesia—mampu menyuguhkan keunikan dan kekayaan khasanah budaya lokal melalui karya sastra yang berkualitas.
Setiap tahun, UWRF membuka kesempatan bagi para penulis dan penyair untuk mengirimkan karyanya. Karya-karya tersebut akan dikurasi oleh dewan kurator yang setiap tahun berganti. Hampir 900 buah naskah sampai ke meja tim seleksi dan dewan kurator, mulai puisi, cerpen, novel, esai, hingga naskah drama.
Seleksi ketat pun dilakukan, hingga akhirnya tersaring 5 nama yang didaulat sebagai Emerging Writers pada tahun ini. Mereka adalah Andre Septiawan (Pariaman, Sumatera Barat), Darmawati Majid (Bone, Sulawesi Selatan), Pratiwi Juliani (Rantau, Kalimantan Selatan), Reni Nuryanti (DI Aceh), Rosyid H. Dimas (DI Yograkarta). Lima penulis tersebut berhasil “menyisihkan” ratusan nama lainnya yang mengikutsertakan karyanya dalam seleksi Emerging Writers tahun ini. Maka dengan bangga, Bitread sebagai mitra gelaran UWRF 2018, menghadirkan karya tersebut ke tengah masyarakat Indonesia. Antologi Emerging Writers kali ini berjudul
Jagaditha, sejalan dengan tema UWRF 2018, yang diterjamahkan sebagai “The World we Create”.
Di samping lima penulis pegari yang berhasil lolos dalam seleksi, karya antologi dwibahasa (Indonesia-Inggris) ini diperkaya juga oleh karya-karya para penulis yang telah lebih dulu dikenal dan menjadi
role model para penggiat sastra Indonesia, di antaranya ialah Aan Mansyur, Aprilia Wayar, Carma Citrawati, Dicky Senda, Norman Erikson Pasaribu, Rain Chudori, Sapardi Djoko Damono, dan Saras Dewi. Buku tersebut tak hanya tersedia di venue UWRF, Bitread memasarkannya secara eksklusif melalui website Bitread dan marketing channel Bitread lainnya.
(kunjungi laman antologi Jagaditha pada tautan ini)
Semarak UWRF 2018 pun digaungkan pula di tanah Pasundan, tepatnya di Bandung. Melalui UWRF 2018 Satellite Event bertema
“The Voice of Humanity”, Bitread menghadirkan salah seorang pembicara UWRF 2018 untuk berbagi pengalaman dan motivasi tentang menulis. Pada kesempatan kali ini, Satellite Event UWRF menghadirkan
Ghayath Almadhoun, seorang penyair dan sastrawan berdarah Palestina berkebangsaan Swedia. Melalui karya-karyanya, Ghayath berusaha mentransformasi riuhnya peperangan menjadi sebuah metafora yang mampu mengetuk nurani kita. Sebelum menetap di Swedia, Ghayath yang lahir di kamp pengungsian Palestina di Suriah turut menyaksikan dahsyatnya kecamuk perang saudara di Suriah. Puisi-puisi karyanya kental akan atmosfer kelam dan coreng-moreng konflik peperangan. Penyair yang telah diakui dunia karena puisi humanis sekaligus satiris-nya tersebut mengunjungi Bandung untuk memberikan motivasi dan bekal melalui event workshop menulis puisi. Dengan ini, Bitread kembali mengulang sukses Satellite Event yang telah tiga tahun digelar berturut-turut di sejumlah kota di Indonesia, sebagai upaya memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk merasakan nuansa diskusi ringan namun kaya akan muatan intelektual khas UWRF.
Jejak Bitread di UWRF edisi ini memberikan kesan yang dalam. Baik pada gelaran UWRF 2018 yang digelar 24-28 Oktober, maupun pada Satellite Event yang digelar pada 30 Oktober 2018. Dengan keikut-sertaannya pada pentas-pentas tersebut, Bitread berusaha semakin dekat dengan insan literasi Indonesia. Selain itu, terdapat dua misi utama yang berusaha dicapai oleh Bitread.
Pertama, menguatkan komitmen Bitread sebagai penyedia platform penerbitan yang tepercaya, andal, dan mampu bersaing di tengah persaingan industri yang semakin ketat.
Kedua, mengupayakan agar Bitread dapat semakin mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat, terutama anak dan generasi muda. Melalui imprint Bitread Kids, Bitread memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi generasi muda Indonesia untuk berbagi kisah dan menebar inspirasi melalui karya-karya yang segar dan orisinal.
Langkah-langkah ini hanya sebagian kecil dari peta jalan Bitread untuk mencapai visi-misinya. Maka, nantikan lompatan-lompatan besar Bitread lainnya demi Indonesia yang semakin cinta literasi. Salam pena, salam literasi! [Luttfi Fatahillah]