Are You The Next Sociopreneur?
April 5, 2019
Are You The Next Sociopreneur?
Istilah sociopreneur atau sociopreneurship pasti sudah tidak asing lagi di telinga Anda, kan? Ya, akhir-akhir ini sociopreneur menjadi jenis profesi yang cukup digandrungi dan mulai mendapat perhatian. Lantas, hal apa sajakah yang menjadikan sociopreneur atau sociopreneurship menarik untuk dibahas? Yuk kita bahas satu per satu.
 
Sociopreneur atau sociopreneuship merupakan gabungan dari kata social (sosial) dan entrepreneur/entrepreneurship (wirausaha/kewirausahawan). Maka, sociopreneurship dapat diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan sosial melalui aktivitas kewirausahaan. Dengan kata lain, sociopreneurship adalah sebuah bentuk kegiatan sosial tetapi berjiwa entrepreneurship.
 
Sociopreneurship menitikberatkan pergerakannya ke arah pemberdayaan masyarakat. Adapun pemberdayaan masyarakat ini memiliki tujuan akhir untuk memandirikan masyarakat,  memampukan, dan membangun kemampuannya tersebut untuk memajukan diri menuju  kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.
 
Menjadi seorang sociopreneur harus memperhatikan tiga hal: People, Profit, dan Planet. People berarti seorang sociopreneur harus memperhatikan orang-orang di sekitarnya, mulai yang terlibat dalam proses produksi hingga yang mengonsumsi produk tersebut. Profit berarti seorang sociopreneur harus bisa menghasilkan keuntungan guna menunjang kegiatan operasionalnya. Planet berarti seorang sociopreneur harus memperhatikan kelestarian lingkungan dalam menjalankan kegiatan berwirausaha sosial sebagai bentuk tanggung jawab sosial.
 
Menjadi seorang sociopreneur tentu tidaklah mudah. Perlu proses yang panjang untuk menjadi seorang sociopreneur yang andal. Belajar dengan cara langsung terjun ke lapangan merupakan hal yang baik, terutama jika sudah memilki bekal berupa dasar teori yang sudah teruji. The Fruters Model merupakan salah satu model yang dapat digunakan oleh para sociopreneur. Model ini pun sudah teruji dalam pengaplikasiannya.
 
Dalam buku Sociopreneur Milenial, Dwi Purnomo menjelaskan bahwa The  Fruters  Model  adalah  model  atau  pola  acuan  dalam  rantai pemberdayaan  yang  berasaskan  pada  technopreneurship,  di mana teknologi hasil penelitian dirancang dalam bentuk produk bernilai tambah dan diterapkan sebagai penggerak pemberdayaan yang bersifat sinergis antara berbagai pemangku  kepentingan. Pemangku kepentingan yang dimaksud di antaranya ialah Akademisi, Bisnis,  Komunitas, Pemerintahan, dan Media. Sinergi antar pemangku kepentingan ini dikenal sebagai Pentahelix. Rangkaian kerja ini memiliki nilai serta dampak positif yang luas. Singkat kata, The Fruters Model merupakan sebuah model pemberdayaan IKM (Industri Kecil Menengah) dengan menebarkan manfaat pada setiap mata rantainya secara berkesinambungan.
 
“Dampak dari Fruters Model ini sangat baik, dengan menciptakan produk inovatif berbasis bahan baku lokal dan pelibatan berbagai pemangku kepentingan. Dampaknya sangat positif untuk pengembangan perekonomian, sosial, pendidikan, dan pemerintahan,” tutur Dwi Purnomo dalam buku tersebut.

Bagaimana, tertarik untuk menjadi seorang sociopreneur? Selain dapat menghasilkan profit dari usaha yang dibangun, menjadi seorang sociopreneur juga membantu kita menyejahterakan orang-orang yang terlibat dalam kewirausahaan sosial kita. Luar biasa, kan? Ayo ramai-ramai jadi Sociopreneur Milenial!

Sumber buku : Sociopreneur Milenial karya Dwi Purnomo, dkk diterbitkan Bitread: 2017. 

Leave a review