Seperti gayung bersambut, antusiasme masyarakat Indonesia terhadap gelaran yang didukung oleh Humas Jawa Barat ini nyatanya jauh melebihi ekspektasi. Jumlah peserta yang pada awalnya hanya kami targetkan 1000 orang, nyatanya membengkak dua kali lipat. Selama masa pendaftaran 2.283 peserta dari seluruh Indonesia berhasil dijaring untuk mengikuti seleksi administratif. Panitia memutuskan ada 245 karya yang akan dikurasi hingga akhirnya terpilihlah 25 pemenang yang mengikuti proses karantina di Kampung Sumber Alam, Cipanas, Garut.
Hari Pertama Karantina (4 November 2019), Pembukaan dan Pengenalan Kota Garut
Proses karantina hari pertama dimulai. Para peserta dari seluruh Indonesia mulai berkumpul dan berdatangan di kota yang berjuluk
Swiss van Java ini. Mereka berkumpul di pusat kegiatan literasi Kab. Garut, yaitu Perpustakaan Daerah Kab. Garut. Di tempat ini para peserta diberikan
survival kit untuk menjelajahi Kota Intan yang indah ini. Selain itu, para peserta juga dipaparkan bagaimana peran vital dan perkembangan perpustakaan daerah Garut sebagai pusat inkubator literasi untuk memajukan kecerdasan masyarakat Garut. Tak lupa, para peserta pun saling berbagi buah tangan dari daerah asal masing-masing sebagai bentuk perkenalan masing-masing peserta.
Siang harinya, kegiatan tak kalah seru. Para peserta diajak berkelilling Kota Garut menggunakan mobil pariwisata khas Garut, Sonagar namanya, menuju tempat-tempat unik dan bersejarah yang ada di pusat Kab. Garut. Perjalanan diakhiri di Gedung Pendopo Garut yang terletak tepat didepan Alun-alun dan Masjid Agung Kab. Garut. Di Gedung ini, acara Writingthon Jelajah Kota Garut resmi dibuka oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Barat, H. Riadi, SKM., MPH., secara simbolis dengan pemberian
survival kit kepada perwakilan peserta Writingthon Jelajah Kota Garut.
Setelah resmi dibuka, para peserta bergerak menuju tempat karantina berlangsung, yaitu
Resort Kampung Sumber Alam yang terletak di Cipanas, Garut. Di tempat ini, para peserta dibagikan tantangan yang harus mereka selesaikan selama tiga hari ke depan. Setiap peserta mendapatkan tantangan yang berbeda satu sama lainnya. Tantangan inilah yang akan menambah keseruan petualangan Writingthon Jelajah Kota Garut pada hari-hari selanjutnya.
Hari Kedua Karantina (5 November 2019), Melelahkan tetapi Menantang
Hari berganti, para peserta karantina Writingthon Jelajah Kota Garut mulai bersiap untuk menjalani tantang hari kedua. Pada hari ini, para peserta akan mengeksplorasi segala aspek menarik yang ada di Garut, mulai dari pariwisata, kuliner, tempat bersejarah, aset kebudayaan, hingga sentra bisnis.
Para peserta berangkat bersama dengan kelompoknya masing-masing yang sudah dibagi pada hari sebelumnya. Tim Pariwisata langsung berangkat menuju Garut bagian selatan untuk mengungkap keindahan dan eksotisme yang ada di sana. Tim lainnya bergerak menuju ujung barat Garut untuk mengamati dan mencari sumber informasi mengenai sebuah kampung dan candi yang telah diresmikan menjadi daerah wisata digital, yaitu Kampung Pulo dan Candi Cangkuang.
Setelah berhasil mendapat informasi mengenai Kampung Pulo dan Cangkuang, para peserta terpecah seusai kelompoknya masing-masing. Ada kelompok yang berkunjung ke sentra industri kulit Suka Regang, ke pabrik pembuatan dodol, berbincang dengan paguyuban tukang cukur, dan mencicipi kopi Garut yang sudah masyhur ke seluruh dunia.
Hari Ketiga Karantina (6 November 2019), Sayonara!
Hari terakhir karantina pun tiba. Para peserta harus segera merampungkan seluruh tantangan pada Writingthon Jelajah Kota Garut. Hasil eksplorasi yang telah dilakukan selama dua hari yang lalu, wajib dituangkan menjadi sebuah tulisan yang mengalir dan menarik bagi pembaca nantinya. Tak lupa foto pun harus disematkan pada karya orisinal peserta writingthon ini.
Rabu, 6 November 2019, Writingthon Jelajah Kota Garut resmi ditutup oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Garut, Hj. Lisnawati. Para peserta pun mulai meninggalkan kota yang berjuluk
Swiss van Java ini ke daerah asalnya masing-masing. Harapan penuh tuan rumah sematkan kepada mereka agar mengabarkan keindahan dan ekostisme Garut kepada masyarakat di daerah asalnya, sehingga masyarakat lainnya semakin tertarik untuk singgah di tempat dimana Charlie Chaplin sempat menghabiskan waktu liburnya.