ISBN :
978-623-224-534-1
e-ISBN :
978-623-224-535-8
Isi Buku 66 Halaman (0 Colour + 66 B/W)
Apa yang di harapkan dari sebuah puisi? Pertanyaan yang sekaligus abstraksi itulah, yang menelisik para penyair setelah ia tuntas atau bahkan setengah tuntas menuliskan puisi. Maka sisi lain dari hidup, membutuhkan sesuatu yang lain yang tak mengutamakan jelas dan terang atau selalu biner. Karena setiap kali puisi dibuat seperti itu maka hal itu ibarat akan melukai dan merobek.
Puisi mempunyai ruang, ia adalah respon dari kebutuhan agar setiap wacana bisa di hadirkan, agar kegelisahan yang mengawali dan--menjadi akhirnya tersimpan, tercatat. Satu cara mengenang kesunyian masing-masing yang tak hendak diakui atau diabaikan. Puisi adalah sebuah kompromi dengan keniscayaan yang tak bisa dielakkan pada kedirian manusia yang punya kata--punya bahasa.
Tapi puisi juga tak melulu sebuah laku pragmatis--kesementaraan untuk mengungkapkan kesunyian masing-masing.la ibarat membiarkan sunyi yang tak hendak diusik. la membiarkan sunyi menjelaskan dirinya sendiri. Sekumpulan puisi ini sesungguhnya belum selesai di tulis, namun karena kebelumselsaiannya itulah, puisi ini di hadirkan dan meruang, untuk di tafsir-tapi tafsir itu sekali lagi bukanlah sesuatu hal yang pasti, ia hanya ruang yang diisi oleh bunyi dan makna yang dikehendaki setiap pembacanya