Buku ini memuat penuturan ayah dan ibu yang ingin memberikan jejak kenangan untuk anaknya, dengan menemani dalam langkah merajut masa depan. Berkisah tentang perjalanan 572 kilometer untuk sekolah si sulung. Dari proses pertimbangan pemilihan pesantren, apa yang menjadi tujuan, dan kenapa sampai memilih pondok di sana. Sebuah kisah indah walau terkadang tertusuk duri yang tak disadari goresannya, lebam yang baru diketahui hanya ketika terlihat birunya, luka yang tak terasa perihnya, arti rezeki yang tak bisa didefinisikan maknanya. Qadha dan qadar Allah yang penuh rahasia.