Sebagai sebuah diskursus keilmuan yang relatif baru, Islam Nusantara menuai respon yang beragam. Banyak yang menyepakati, namun tak sedikit pula yang menghakimi. Sampai saat ini istilah itu masih menuai respon yang debatable. Di dalam buku ini, diskursus Islam Nusantara diusaikan dengan multidisipliner, antara lain perspektif historis, filosofis, sosiologis dan tentu saja epistimologis.
Semua perspektif tersebut kemudian diartikulasikan dalam sebuah narasi besar yang menghasilkan perspektif baru, tentang Islam Nusantara. Dalam riset ini, Islam Nusantara tak hanya dipandang sebagai ekspresi keislaman khas orang-orang Nusantara, namun juga sebagai keniscayaan sosio-kultural yang berimplikasi pada sebuah tesis bahwa menjadi Islam yang baik tak lantas menjadi "orang asing". Lebih tepatnya, berislam ala Nusantara justru mewujudkan kosmopolitanisme dan universitas Islam yang berpadu dengan inklusiftas Nusantara.
Naskah akademik ini, lebih menyoroti bagaimana bangunan peradaban Islam Nusantara dikontruksikan dari hasil dialektika, persentuhan dan pergumulan dengan gerakan imperealisme-kolonialisme. Bagaimana orang-orang Islam ketika itu, menjadikan nilai-nilai Islam sebagai inspirasi ideologi dan infrastruktur untuk mempertahankan ajaran-ajaran Islam di satu sisi, sekaligus Islam dijadikan sebagai piranti resistensi melawan kolonialisme.